Bagai menjadi tetesan embun di Nurani yang kering, itulah oase kehidupan untuk
insan yang telah mulai kehilangan arah karena sikap menghadapi masalah itu sendiri. kita di lahirkan mengalahkan 200 juta sel dengan perjuangan heroik menembus batas-batas logika, mungkin anda tidak percaya bahwa kita adalah pemenang tunggal di antara ratusan juta sel tersebut dengan pertarungan habis-habisan untuk membentuk segumpal daging kemudian di tiupkan Ruh dan lahirlah sosok mungil yang suci dengan di iringi isak haru sang ibu.
sudahlah kita sudah tak asing dengan cerita di atas, saya hanya ingin membuka sedikit memory pembaca untuk melihat mendengarkan ataupun merasakan orang-orang yang berharga di ruang hidup kita, mereka adalah sosok yang penuh kasih sayang seperti Orang Tua, saudara, sahabat setia, ataupun kawan yang peduli dengan keadaan yang sedang kita Alami. Terkadang sumber masalah adalah sikap seseorang menghadapi masalah yang ada sampai terkadang bisa lupa dengan hak orang lain.
Sadarkah ternyata banyak orang yang membutuhkan haknya dari diri kita, senyuman adalah hak bagi saudara dalam lelahnya dia mengarungi kehidupanya (mungkin)
, berbagi sepiring nasi adalah hak tetangga yang sedang kelaparan, pengabdian adalah hak orang tua setelah lelahnya mereka mendidik dan membesarkan anaknya, begitu juga syukur adalah hak Allah di atas pemberiaNya yang luar biasa. Maka sudah sepatutnya kita memberikan hak itu !!!
Rasulullah saw bersabda:
Idza matalinsanu qati'u amaluhu illa min tsalasatin : Illa min shodaqotin jariyatin, awu ilmun yuntadho'u auladin sholihin yad'ulah (al hadist mukhtar)
(Apabila manusia meninggal maka terputuslah amalnya kecuali 3 perkara : shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak sholeh yang mendo'akan kedua orang tuanya (hadist pilihan)).
hmm baru sadar ni setelah idul adha kalo kita kalah sama kambing dan sapi mereka rela memberikan pengorbanan berupa penyembelihan terhadap dirinya. masih ingat dengan kisah Ismail? mungkin hanya Ismail yang mampu memberikan pengorbanan atas nama Pengabdian Hamba kepada Tuhanya berdasarkan kekutan tauhid yang di milikinya.
lalu di mana jejak pengorbanan dari diri kita, hanya sebatas kambing yang di beli dari pasar lalu di sembelih, hanya sebatas kehilangan receh? ya Alhamdulillah kalo masih ada pengorbanan dan jika kita tetap memberikan sesuatu kepada yang membutuhkan karena memang itu Haknya
kala senja mulai fatamorgana ku hanya mampu berbisik , mana miliku?.
BalasHapusdahsyat, tulisanya menggugah !
BalasHapusmudah2n orangnya juga ya..
BalasHapus